MEDIA PEMBELAJARAN


MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL

A. Teori Dasar Media Pembelajaran
a.         Pengertian Media Pembelajaran
 Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jaman dari medium (Sadiman, et. al., 1996), medius ( Azhar Arsyad, 1997), secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S.Sadiman, 1990:6). AECT (Association or Education and Communication Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dapat dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pelajar, pengajar dan bahan ajar.  Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya.
Rudi Bretz mengidentifikasikan ciri umum media menjadi 3 unsur pokok, yaitu: suara/audio, visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi 3 : gambar, garis (line graphic) dan simbol. Sedangkan menurut Briggs, ciri umum media pembelajarana diidentifikasi dengan 13 macam : objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.
b.    Hubungan Media Pembelajaran dengan Proses Belajar Mengajar
Belajar dengan menggunakan indera ganda, pandang, dan dengar akan memberikan tuntunan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau dengar saja. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), dan kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal/abstrak.
Penggunaan media dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Dengan kata lain, penggunaan media tersebutdapat memberikan manfaat baik bagi guru ataupun siswa. Pemilihan media pengajaran dalam proses belajar mengajar bukanlah pekerjaan yang mudahbagi seorang guru, artinya dalam pelaksanaannya gur harus mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain : tujuan, materi, kemampuan guru, kematangan siswa, kualitas tehniknya, situasi dan kondisinya, efektif dan efisien serta kemudahan memperolehnya. Sehingga dengan mempertimbangkan bebrapa aspek diatas , penggunaan mediadalam proses belajar mengajar benar-benar menjadi alat bantu bagi guru bukan menjadi penghambat.
Seorang guru, di dalam melaksanakan kompetesi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang, mencipta atau mempergunakan media pembelajaran secara optimal. Di sisi lain, keterbatasan alat-alat teknologi juga menjadi penyebab kurang maksimalnya usaha guru dalam memanfaatkan keberadaan media pembelajaran.
Dalam memilih sebuah media seorang guru harus mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu; 1) sesuai dengan tujuan yang dicapai; 2) sesuai dengan bahan yang akan disajikan; sesuai dengan kemampuan guru yang bersangkutan; 4) sesuai dengan kematangan berpikir anak; 5) kemudahan  dalam memperolehnya; 6) sesuai dengan situasi dan kondisi; 7) kualitas alat/tehnik dapat dipertanggungjawabkan; 8) efektif dan efisien dalam penggunaannya.
c.     Macam-macam media
Dengan melihat perkembangan teknologi, Seels & Glassgow (1990: 181-183) mengelompokkan jenis media dalam dua kategori luas yaitu media tradisional dan media teknologi mutakhir. Media tradisional mencakup: a) visual diam yang diproyeksikan; proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips; b) visual yang tidak diproyeksikan: gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu;c) audio: rekaman piringan , pita kaset, real, cartridge,; d) penyajian multimedia: slide plus suara (tape), multi image; e) visual dinamis yang diproyeksikan : film, televisi, video; f) cetak: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, lembaran lepas (hand-out)  permainan: teka-teki simulasi, permainan papan; h) realita: model, spesimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). Adapun media teknologi mutakhir meliputi : a) media berbasis telekomunikasi: telekonferen, kuliah jarak jauh; b) mediaa berbasis mikroprosesor, computer-asisted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, hypermedia, compact (video) disc.
ü Mengenai manfaat atau nilai media dalam proses pembelajaran, terdapat pemikiran para ahli pendidikan diantaranya;
Oemar Hamalik (1989:15) berpendapat ada tujuh nilai/manfaat penggunaan media dalam proses pembelajaran, yaitu:  a) meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir, b) memperbesar perhatian siswa, c) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, d) memberikan pengalaman yang nyata, e) menumbuhkan  pemikiran yang teratur dan kontinyu, f) membantu tumbuhnya dalam pengertian dalam hal berbahaya, dan g) memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain. 
Media pembelajaran secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
1.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu  verbealistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera misalnya:
a)    Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, model.
b)    Objek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film dan gambar.
Proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan dan tidak membebani siswa apabila seorang guru mampu menciptakan dan menggunakan suatu alat yang dapat membantu menyampaikan pesan dari materi yang diajarkan. Karena alat atau media secara umum mempunyai kegunaan :
1)       Memperjelas agar tidak terlalu verbalisme.
2)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
3)      Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4)      Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, audio, dan kinestetiknya.
5)      Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

v Media Pembelajaran Audio Visual
Media audio visual merupakan jenis media yang mengintegrasikan indra penglihatan dan pendengaran. Dengan kata lain, baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber. Adapun yang termasuk janis media audio visual ini antara lain : film (gambar hidup), loop film, televisi (termasuk TVST) dan video.  
a.    Televisi
Televisi merupakan media pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak. Oleh karena itu, televisi bekerja dengan memindahkan gambar ke dalam image elektronik. Sebagai media pembelajaran, televisi mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1)      Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau mengatasi semua bentuk media lain, serta menyesuaikan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
2)      Televisi merupakan medium yang menarik, modern, dan selalu siap diterima oleh anak-anak, karena merekamengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
3)      Televisi dapat memikat sepenuhnya perhatian dari penonton.
4)      Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar.
Televisi juga mempunyai kelemahan atau keterbatasan antara lain;
1)      Sifat komunikasinya hanya satu arah.
2)      Jika akan dimanfaatkan di kelas, jadwal siaran dan jadwal pelajaran seringkali sulit disesuaikan.
3)      Program diluar kontrol guru
4)      Besarnya gambar di layar relatif kecil.
b.    Film
Film atau gambar hidup merupakan media audio visual murni artinya media yang memiliki unsur gambar dan unsur suara, bergerak secara kontinyu gambar demi gambar yang mencerminkan kejadian, peristiwa, cerita-cerita benda-benda seperti pada kejadian yang sebenarnya.
Kelebihan-kelebihan media film:
1)    Dapat menyajikan tiruan visual yang bergerak, baik warna maupun hitam putih untuk memperagakan rangsangan atau respon yang serasi yang dikehendaki dalam training.
2)    Dapat menimbulkan efek visual khusus yang mungkindapat memperkuat proses belajar.
3)    Dapat menampilkan kejadian sejarah secara singkat.
4)    Dapat digunakan dengan proyeksi dari depan ataupun dari belakang.
5)    Proyektor film mudah didapat dibandingkan dengan video, mudah dibawa, dan mudah mengoperasikannya.
6)    Kualitas gambar yang ditransfer dari film ke video lebih baik daripada video ke film.
(Ronald H.Sunderson, 1994:115-116)
Selain beberapa kelebihan film diatas, media inipun tidak terlepas dari beberapa kelemahannya sepertiyang diungkapkan Arief S. Sadiman (1990:71) antara lain: Harga atau biaya produksinya yang relatif mahal; film tidak daat mencapai semua tujuan pembelajaran; penggunaannya perlu ruangan gelap.

c.    Video
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “the storage of visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya pada layar televisi).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
ü Kelebihan dan Kekurangan Media Video Pembelajaran
Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008: 310), video merupakan media yang cocok untuk pelbagai milliu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.
Selain itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-suara bisa ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.
Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-trasikan bagaimana tatacara merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran tataboga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah mereka saksikan secara berjama’ah. Misalnya tentang resolusi konflik dan hubungan antar sesama, mereka bisa saling mengobservasi dan menganalisis sebelum menyaksikan tayangan video.
Lebih dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya adalah (Munadi, 2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):
  • Mengatasi jarak dan waktu
  • Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat
  • Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
  • Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan
  • Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
  • Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa
  • Mengembangkan imajinasi
  • Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik
  • Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas
  • Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
Selain kelebihan, video/film juga memiliki kekurangan, di antaranya: sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut; pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru, maaf, dengan gaji pas-pasan di negeri ini; dan penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCD-nya, dan lain-lain.

v Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual pada Pelajaran Biologi
Biologi adalah kajian tentang alam kehidupan nyata, objek yang menjadi bahan kajiannya adalah hal-hal yang nyata pula. Oleh karena itu membelajarkan biologi sebaiknya menggunakan pendekatan dan media yang mendekatkan siswa kepada alam dan objek-objek nyata. Dalam pengajaran biologi, ketika perangkat penunjang kegiatan telah tersedia, masih mungkin terdapat sejumlah kendala sehingga proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kendala-kendala tersebut misalnya karena prosesnya yang terlalu lama atau terlalu singkat sehingga sulit diamati.
Berkaitan dengan media pengajaran biologi, sebenarnya tidaklah sukar untuk mendapatkan media asli. Di sekitar sekolah atau lingkungan tempat tinggal siswa banyak sekali objek yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran biologi. Kita jangan lupa bahwa biologi itu suatu ilmu tentang alam kehidupan nyata, yang tentunya objek kajiannya adalah hal-hal yang nyata pula. Bertitik tolak dari kenyataan ini, tentulah media pengajaran yang paling cocok, mudah dan murah adalah objek nyata pula. Kapankah kita memerlukan media berupa gambar, foto, model, video atau animasi? Jawabannya tergantung kepada apa yang akan kita ajarkan kepada para siswa, apakah tentang struktur atau proses. Kalau tentang struktur akan lebih baik menggunakan objek asli, kecuali untuk struktur yang berupa molekuler seperti membran sel misalnya, tetapi kalau tentang suatu proses mungkin media video atau animasi akan lebih baik digunakan sebagai medianya.
Berikut ini adalah contoh penerapan di sekolah :
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Conggeang yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh media audio visual dalam mendukung KBM biologi. Penelitian deskriptif ini menggunakan instrumen berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), tes penguasaan konsep serta lembar observasi. Siswa yang menjadi objek penelitian adalah kelas VIII A sebanyak 35 orang yang dikelompokan secara heterogen menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 anggota 2 laki-laki dan 3 atau 4 orang perempuan. Kegiatan penelitian ini melibatkan 42 orang observer.
Kegiatan lesson study yang telah dilaksanakan meliputi tahapan : plan (perencanaan), do (implementasi) dan see (refleksi). Pada tahap perencanaan, pelaksana penelitian secara bersama-sama melakukan persiapan yang meliputi : penentuan topik pembelajaran, menentukan guru yang tampil, membuat perangkat pembelajaran (teaching materials) yang terdiri dari Rencana Pembelajaran, LKS (Lembar Kerja Siswa), menentukan metode dan pendekatan pembelajaran, merancang media pembelajaran dan membuat alat evaluasi. Media pembelajaran diedit, disesuaikan dengan kebutuhan dan durasi pelaksanaan pembelajaran. Media yang digunakan adalah video CD pembelajaran “The Human body. First step raging teen vol 1 dan 2”.
Tahap implementasi dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2007, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together). Pada pelaksanaan pembelajaran, siswa memperhatikan tayangan VCD lewat televisi. Selama kegiatan ini berlangsung, siswa mencatat informasi yang diberikan melalui media.
Setelah penanyangan media selesai, siswa mengisi LKS yang terdiri dari dua kegiatan utama. Pertama menyusun gambar dan foto-foto berbagai tahapan perkembangan manusia yang telah dibawa.. Bagian kedua yaitu mengisi pertanyaan konseptual. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan informasi tahapan perkembangan yang ditayangkan lewat media. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelas dengan sistem NHT. Di akhir pembelajaran siswa di bawah bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang disampaikan yang dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi.

B.       Kesimpulan
Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya.
Media audio visual merupakan jenis media yang mengintegrasikan indra penglihatan dan pendengaran. Dengan kata lain, baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber. Adapun yang termasuk janis media audio visual ini antara lain : film (gambar hidup), loop film, televisi (termasuk TVST) dan video. 
Biologi adalah kajian tentang alam kehidupan nyata, objek yang menjadi bahan kajiannya adalah hal-hal yang nyata pula. Oleh karena itu membelajarkan biologi sebaiknya menggunakan pendekatan dan media yang mendekatkan siswa kepada alam dan objek-objek nyata. Dalam pengajaran biologi, ketika perangkat penunjang kegiatan telah tersedia, masih mungkin terdapat sejumlah kendala sehingga proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kendala-kendala tersebut misalnya karena prosesnya yang terlalu lama atau terlalu singkat sehingga sulit diamati.
Kapankah kita memerlukan media berupa gambar, foto, model, video atau animasi? Jawabannya tergantung kepada apa yang akan kita ajarkan kepada para siswa, apakah tentang struktur atau proses. Kalau tentang struktur akan lebih baik menggunakan objek asli, kecuali untuk struktur yang berupa molekuler seperti membran sel misalnya, tetapi kalau tentang suatu proses mungkin media video atau animasi akan lebih baik digunakan sebagai medianya.

C.  Daftar Pustaka
Arief.S.Sadiman. 1990. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya).Jakarta: CV. Rajawali
Azhar, Arsyad.Prof,Dr, M.A.2010. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Media Pratama
Ruswandi,Uus & Badrudin. 2008.Media Pembelajaran.Bandung:CV. Insan Mandiri
Smaldino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Pearson Merrill Prentice Hall. Ohio.
Tim Penyusun, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta