Rabu, 29 Agustus 2012

BIOPORI


“ PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MEMANFAATKAN SAMPAH ORGANIK DAN MENGATASI BAHAYA BANJIR”


KARYA TULIS ILMIAH


UIN SGD.jpg



Oleh
LELA NURLAILA
PENDIDIKAN BIOLOGI/A/IV






BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR

Puji teriring syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat beserta salam senantiasa dicurah limpahkan kepada Sang Revolusioner kita Nabi Muhammad saw, dan keluarganya, para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.
Karya tulis ini dibuat dengan sepenuh hati, karya tulis ini bertema Pendidikan lingkungan hidup, upaya penyadaran untuk mempertahankan kelestarian alam. Melihat fakta lingkungan hidup di lapangan, penulis bernisiatif untuk membuat karya tulis ini dengan judul “Penggunaan Lubang Resapan Biopori (LRB) Sebagai Teknologi untuk Memanfaatkan Sampah Organik dan Mengatasi Banjir”. Penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu sumbangsih penulis terhadap kemajuan dan peningkatan sumberdaya manusia terutama dalam bidang penulisan ilmiah. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang cara mencegah banjir dengan menggunakan teknologi yang sederhana dan alamiah.
Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran pembuatan  karya tulis ini, baik moril maupun materil. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih dari apa yang telah diberikan kepada kami.
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun sistematikanya. Sehubungan dengan hal itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah berharga bagi penulis untuk perbaikan pada karya tulis  berikutnya. Akhir kata penulis sampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ini dan mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat.
                                                                                Bandung,    Juni 2011


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ........ i          
DAFTAR ISI.................................................................................................. ........ ii          
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ....... iii
I.  PENDAHULUAN..................................................................................... ........ 1
A.  Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah............................................................................................ 3          
C.  Tujuan.............................................................................................................. 3
D.  Metode Penulisan............................................................................................ 3
II. PEMBAHASAN........................................................................................ ........ 3
A.  Sekilas Tentang Lubang Resapan Biopori (LRB)........................................... 3
B.  Efektifitas Lubang Resapan Biopori (LRB) Untuk Memanfaatkan
Sampah Organik dan Mengatasi Banjir........................................................... 5
1.    Teknik Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB).......................... ........ 5
2.    Lokasi Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LBR).................................. 8
3.    Jumlah Lubang Yang Disarankan............................................................... 9
4.    Biaya Yang Diperlukan.............................................................................. 9
5.    Manfaat dan Keunggulan Lubang Resapan Biopori................................. 10
C.  Simpulan......................................................................................................... 11
D.  Saran............................................................................................................... 12
E.   Ringkasan Karya Tulis............................................................................ ....... 12
III. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ....... 13








DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sampah Organik................................................................................. 1
Gambar 2. Bahaya banjir.................................................................................. ... 2
Gambar 3. Foto mikroskop elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks
tanah (dalam lingkaran kuning)..................................................... ... 4
Gambar 4.  Cacing tanah yang membuat biopori............................................. ... 4
Gambar 5.  Bor Tanah...................................................................................... ... 5
Gambar 6.  Pembuatan Lubang Biopori........................................................... ... 6
Gambar 7.  Ukuran pipa dan proses pengomposan.......................................... ... 7
Gambar. 8   Penutup Lubang Biopori............................................................... ... 7
Gambar 9.   LRB di dasar saluran air............................................................... ... 8
Gambar 10.  LRB di batas taman..................................................................... ... 8
Gambar 11. Proses pengomposan sampah organik........................................... .. 10




“ PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MEMANAATKAN SAMPAH ORGANIK DAN MENGATASI BANJIR”


I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Masyarakat masih beranggapan bahwa sampah merupakan bahan buangan yang tidak bisa dimanfaatkan lagi dan dianggap menjijikan, padahal sampah ini dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk organik. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang tepat diantaranya adalah timbulnya penyakit menular, penyakit kulit, gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan. Dampak tidak langsungnya akan menimpa masyarakat diantaranya adalah bahaya banjir akibat gangguan aliran sungai yang terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Agar sampah yang semakin hari semaikn banyak dapat diatasi, diperlukan cara yang efektif untuk menangani sampah tersebut terutama sampah organik.
                             
Gambar 1. Sampah Organik
Sumber : http://safarilingkunganhijau.blogspot.com/p/sampah.html

            Selama ini yang menjadi salah satu faktor penyebab penyebab banjir adalah air hujan yang mengguyur wilayah hulu tidak dapat diserap dengan baik karena berkurangnya pepohonan dan banyaknya bangunan, sehingga wilayah hilir kebanjiran. Air yang berasal dari hutan, kebun maupun pemukiman yang dibiarkan begitu saja tanpa ada penyerapan yang dilakukan tanah, maka dapat menjadi beban bagi sungai. Apalagi ditambah dengan sampah yang dibuang sembarangan. Hal ini akan menimbulkan sumbatan di sungai dan menimbulkan sumber pencemaran baru bagi sumber air. Masyarakat yang berinisiatif membuang sampahnya ke sungai ataupun saluran air, itupun akan menimbulkan dampak baru yakni meluapnya air sungai.
Gambar 2. Bahaya banjir
Sumber : http://dewiekr.blogspot.com/2009/11/banjir-dan-upaya-mengurangi-risiko.html

            Atas dasar permasalahan tersebut, maka harus ada sebuah teknologi  yang bisa mengatasi masalah yang sering menimpa manusia itu. Kita memang sudah mengenal yang namanya sumur resapan air, tapi proses tersebut masih belum bisa mencegah kemubaziran, karena tanah hasil galian yang tidak sedikit itu harus dibuang ke tempat lain. Oleh karena itu, teknologi lubang resapan biopori hadir dalam rangka mengatasi  permasalahan sampah organik dan permasalahan banjir yang sering terjadi di Indonesia. Teknologi ini dapat membuat tempat untuk makhluk hidup dan untuk penyerapan air serta kita bisa memanfaatkan sampah yang selama ini mengganggu. Lubang resapan biopori ini menggunakan jasa hewan-hewan di dalam tanah seperti cacing dan rayap serta bantuan sampah organik sehingga akan terbentuk pori-pori alami dalam tanah, air bisa diserap, dan struktur tanah bisa diperbaiki.
            Pembuatan lubang-lubang resapan ini memberikan dampak positif terhadap tumbuhan, tanah, organisme bawah tanah dan lingkungan lainnya. Tumbuhan mampu tumbuh subur  karena didukung oleh pupuk kompos hasil dari pelapukan sampah organik. Sampah organik pun menjadi faktor penghidupan bagi organisme bawah tanah. Ketersediaan air dalam tanah menjadi hal terpenting sebagai penopang daratan dan kelembaban tanah. Dengan teknologi lubang resapan biopori ini kita bisa menyimpan air saat musim penghujan dan kita bisa memanen air pada saat musim kamarau.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan Lubang Resapan Biopori itu?
2.      Bagaimanakah efektivitas Lubang Resapan Biopori (LRB) dalam memanfaatkan sampah organik dan mengatasi banjir?

C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengkaji dan menganalisis teknologi Lubang Resapan Air (LRB)
2.      Menganalisis efektifitas lubang resapan biopori dalam memanfaatkan sapah organik dan mengatasi banjir.

D.  Metode Penulisan
Pada kegiatan ini metode penulisan karya ilmiahnya adalah berdasarkan hasil telaah pustaka. Karya ilmiah hasil telaah pustaka ini pada dasarnya adalah menganalisis fakta, data atau informasi, dan kemudian mensintesis mereka menjadi suatu konsep, temuan, ide/gagasan atau hipotesis.



II.  PEMBAHASAN
A.  Sekilas tentang Lubang Resapan Biopori (LRB)
Biopori atau yang biasa disebut dengan Teknologi Lubang Resapan Biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan. LRB atau Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal dengan diameter 10 - 20 cm dan kedalaman sekitar 100 cm. Singkatnya, LRB ini adalah lubang kapiler di dalam tanah untuk menambah penyerapan air di sekitar lingkungan kita. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas organisme tanah atau akar tanaman menunjukan penampang dari lubang resapan biopori.
            Teknologi ini disebut sebagai biopori atau “Mulsa Vertikal”karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan-hewan di dalam tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki. Keberadaan sampah organik ini berfungsi untuk membantu menghidupkan cacing tanah  dan rayap yang nantinya akan membuat biopori.
Gambar 3. Foto mikroskop elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah (dalam lingkaran kuning)
Sumber : www.biopori.com
Gambar 4. Cacing tanah yang membuat biopori
Sumber: www. google.com/images
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dengan jumlah yang lebih banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan diharapkan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Atau dengan kata lain dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.

B.  Efektifitas Lubang Resapan Biopori Dalam Menangani Sampah Organik Dan Mengatasi Terjadinya Banjir
Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan teknologi sederhana dan tepat guna namun efektif untuk mencegah banjir, yang ditemukan oleh Ir.Kamir R. Brata, Dosen Konservasi Tanah dan Air Fakultas Pertanian IPB. Berikut adalah langkah-langkah dalam menggunakan teknologi LRB ini:
1.    Teknik pembuatan Lubang Resapan Biopori
ü Peralatan dan bahan yang diperlukan:
·       Bor tanah
·       Cangkul
·       Golok
·       Palu
·       Pahat

·      Ember
·      Gayung
·      Bambu
·      Pipa
·      Sendok semen +Semen
·      Sampah Organik

Gambar 5. Bor Tanah
Sumber: www.google.com/images

ü Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :
1.      Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm, dengan menggunakan bor tanah. Bor berfungsi untuk melubangi bidang tanah sekaligus mengangkat tanah hasil galian. Bor juga bisa digunakan untuk memasukkan kompos dalam lubang. Bor tanah terbuat dari besi yang didesain khusus. Di sepanjang bor ada alat ukur angka satuan sentimeter untuk mengetahui kedalaman lubang.
Gambar 6. Pembuatan Lubang Biopori
Sumber : www.google.com/images
2.      Cangkul digunakan untuk membersihkan permukaan tanah. Pahat dan palu digunakan untuk membongkar lapisan semen pada permukaan tanah yang disemen.
3.      Lubang resapan biopori (LRB) yang telah dibor selanjutnya pada sekeliling permukaan mulut lubangnya diberi semen agar kuat. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 sentimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok., lalu dimasukan potongan pipa PVC yang telah dibungkus koran pada lubang LRB sedalam 2 sentimeter. Lalu, sisipkan adukan semen dan pasir di sekeliling pipa. Bila penguat bibir lubang sudah mengeras, cabut pipa PVS dari tempatnya. Selanjutnya dorong kertas koran ke dalam lubang menggunakan jari tangan. Setelah lubang LRB siap, masukkan sampah organik ke dalam lubang sampai penuh.
  
Gambar 7. Ukuran pipa dan proses pengomposan
Sumber : www.google.com/images
4.      Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami. Untuk memasukkan sampah lebih dalam bisa menggunakan bambu untuk mendorong ke dalam lubang. Pengisian sampah jangan terlalu padat agar tidak mengurangi jumlah oksigen di dalam tanah. Agar tidak membahayakan, lubang ditutup dengan besi beton atau alat penutup lain yang bisa dilalui air dan kuat menahan beban jika terinjak.
Gambar. 8 Penutup Lubang Biopori
Sumber: www.google.com/images
5.      Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
2.    Lokasi Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Lokasi pembuatan LRB ini dibuat di tempat bebas lalu lalang orang terutama anak-anak. Oleh karena itu penempatan harus diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan lahan yang ada. Karena fungsinya sebagai peresap air maka penempatan LRB dilakukan di lokasi dimana air secara alami akan cenderung berkumpul atau air tersebut diarahkan ke tempat dimana lubang biopori berada. Air dapat diarahkan dengan membuat alur, dan lubang resapan dibuat pada dasar alur tersebut Adanya alur tidak akan menyebabkan  orang tertarik untuk mendatangi atau menginjaknya.
Lubang resapan Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang ait hujan, di dasar alur yang dibuat disekeliling batang pohon atau pada batas taman.
 
Gambar 9. LRB di dasar saluran air
Gambar 10.  LRB di batas taman
Sumber: www.google.com/images

3.    Jumlah lubang resapan yang disarankan
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Jumlah LRB :   intensitas hujan  (mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / laju peresapan air per lubang (liter/jam)

Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam  (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/ menit (180 liter/jam) pada 100  m2bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100)/180 = 28 lubang .
Bila lubang yang dibuat berdiameter  10 cm dikedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari . Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan demikian lubang-lubang ini dapat diisi kembali dengan sampah organik baru dan begitu seterusnya.
4.    Biaya yang Diperlukan
Pembuatan LRB akan dipermudah dengan alat bor tanah yang didesain disesuaikan untuk kegunaan peresapan air dengan pendekatan biopori. Alat bor LRB juga diperlukan untuk mempermudah pemanenan kompos yang terbentuk bersamaan dengan pemeliharaan LRB.
Bila I lubang LRB dapat dibuat dalam waktu 10 menit, tiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB, berarti akan selesai dalam waktu 300 menit (5 jam) berarti perlu 1 hari orang kerja (Rp 35 000,-).
Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor LRB sendiri (harga bor Rp 175.000 – Rp 200.000), maka diperlukan biaya (Rp 205 000 – Rp 235 000). Biaya tersebut akan dapat berkurang bila I bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.


5.        Manfaat dan Keunggulan Lubang Resapan Biopori
LRB adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk meningkatkan laju peresapan air hujan dan memanfaatkan sampah organik ke dalam tanah. Manfaat dan keunggulannya adalah :
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
Kehadiran LRB ini secara langsung dapat akan menambah bidang resapan air, setidaknya seluas kolom/dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang serapan akan bertambah banyak 3140 cm2 atau hampir 1/3 m2 Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm yang semula mempunyai bidang resapan 78,5cm2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang serapannya menjadi 3218 cm2
3.    Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar
Gambar 11. Proses pengomposan sampah organik
Sumber : www.google.com/images
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.



C.  Simpulan
Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
ü Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :
1.      Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm, dengan menggunakan bor tanah.
2.       Cangkul digunakan untuk membersihkan permukaan tanah. Pahat dan palu digunakan untuk membongkar lapisan semen pada permukaan tanah yang disemen.
3.       Lubang resapan biopori (LRB) yang telah dibor selanjutnya pada sekeliling permukaan mulut lubangnya diberi semen agar kuat.
4.       Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb.
5.      Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
ü Lokasi pembuatan LRB ini dibuat di tempat bebas lalu lalang orang terutama anak-anak. Oleh karena itu penempatan harus diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan lahan yang ada
ü Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Jumlah LRB :   intensitas hujan  (mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / laju peresapan air per lubang (liter/jam)

ü Bila I lubang LRB dapat dibuat dalam waktu 10 menit, tiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB, berarti akan selesai dalam waktu 300 menit (5 jam) berarti perlu 1 hari orang kerja (Rp 35 000,-). Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor LRB sendiri (harga bor Rp 175.000 – Rp 200.000), maka diperlukan biaya (Rp 205 000 – Rp 235 000). Biaya tersebut akan dapat berkurang bila I bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.
ü Manfaat dan keunggulannya penggunaan biopori adalah :
1.    Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
2.    Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar
3.    Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
D.  Saran
Dengan melihat uraian teknologi biopori yang mudah dan tepat guna, maka selayaknya pemerintah memberi apresiasi pada penemunya berupa penghargaan. Kendati demikian, penghargaan yang tidak ternilai jika pemerintah lebih gencar mensosialisasikannya ke masyarakat. Alasan keterbatasan anggaran kurang tepat, karena terbukti proyek triliunan untuk membangun bendungan justru menuai banyak masalah, karena dugaan praktik-praktik kurang terpuji dalam pembebasan lahan. Pemerintah seharusnya lebih arif dengan mendorong hasil penemuan yang murah dan tepat guna, ketimbang mendorong proyek-proyek mercusuar yang sarat dengan dugaan penyalahgunaan uang negara. Teknologi biopori salah satu solusi alternatif terkesan masih diabaikan, karena biayanya murah.

E.  Ringkasan Karya Tulis
Banjir dan sampah merupakan suatu masalah lingkungan yang sangat kompleks saat ini. Diikuti dengan kondisi tanah yang sudah mengalami penurunan unsur hara serta rendahnya tingkat kelembaban akibat hilangnya persediaan air di dalam tanah menyebabkan air tak mampu menopang tanah dengan baik , persediaan air pun semakin menipis apalagi menjelang musim kemarau. Hal ini mengakibatkan terjadi suatu ketidakseimbangan alam.
Lubang-lubang kecil pada tanah yang mengandung sampah organik di dalamnya menjadi sesuatu yang penting untuk, mengembalikan serta memperbaharui kondisi tanah yang telah rusak. Melalui lubang tersebut (biopori) air hujan yang turun dapat ditangkap dan ditampung sebagai cadangan air tanah yang bisa digunakan pada musim kemara. Selain itu adanya penimbunan sampah di dalam lubang memancing organisme-organisme yang ada di dalam tanah untuk bekerja secara alami mengembalikan unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Multiguna biopori  memberikan pengaruh positif terhadap keseimbangan lingkungan, pencegahan bencana, dan peningkatan kesehatan manusia. Hasilnya biopori mampu meningkatkan daya serap air, mencegah timbulnya penyakit DBD (Demam Berdarah) akibat nyamuk yang timbul karena adanya genangan–genangan air, mengubah sampah organik menjadi kompos, dan memanfaatkan organisme di dalam tanah untuk bisa meremajakan kembali tanah dengan proses yang alami.


III.  DAFTAR PUSTAKA

ü  Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32904/lubang%20resapan%20biopori.pdf?sequence=1
ü  www. biopori.com
ü  www.google.com/images